Lamaposisi duduk itu berlangsung sampai akhirnya tubuh Pak Yonas semakin gencar menyodok vaginaku, gerakannya semakin cepat. Pak Yonas menghempaskan tubuhku kembali terlentang ditempat tidur, tubuhnya mengejang dan memeluk rapat tubuhku sampai aku hampir tak bisa bernafas. Lalu kurasakan semburan hangat dengan kencang membentur dinding rahimku.
Rona mantap batal menikah sama Tion, tunangannya yang terbukti cowok brengsek. Biarpun semua sudah fix, biarpun dia harus menghadapi keluarganya dan keluarga Tion, Rona nggak peduli. Lebih baik batal sekarang daripada nekat dan akhirnya jadi janda cerai!Umur Rona 28 tahun, dan ternyata batal nikah bukan cuma kembali jadi jomblo, tapi memicu kepanikan massal dari lingkungan sekitar. Semua takut Rona trauma jatuh cinta dan jadi perawan tua. Great!Padahal Rona sama sekali nggak trauma. Dia jatuh cinta lagi. Betul-betul jatuh cinta. Love is blind, kata orang, dan itu betul. Cinta nggak mengenal tempat, usia, maupun waktu. Rona setuju seratus persen!Tapi kenapa harus dia? Kenapa harus laki-laki itu yang bikin Rona jatuh cinta?!Yah, cinta dan logika memang bukan pasangan akur, bukan?
CeritaSeks Tetangga Ngentot Dengan Istri Tetangga Baru Sebelah Rumah - Mobil kulajukan perlahan menuju jalan besar dan kulihat di ujung gang. Lisa sedang menunggu Metro Mini yang akan membawanya ke Kampung Melayu. Kuhampiri dia dan kubuka jendela mobil dan menyapanya. "Berangkat kerja Mbak Lisa?" "eh.. iya mas Ardi," jawabnya agak kaget. Tubuhku terasa penuh seakan benda itu menancap tepat di rahimku, hilanglah sudah pertahanan terakhir kesucian rumah tanggaku. Tanganku mencengkram erat tubuh Pak Yonas dan menancapkan kuku-kukuku di pundaknya, perlahan tetes air mata mengalir disudut mataku yang terpejam. Lalu Pak Yonas mulai menggerakan pantatnya dan mulai mengobok-obok isi liang vaginaku."Ohh.. Alya.. nikmat sekali.. Kau.. kau.. begitu rapat.." Pak Yonas terus mengocok vaginaku maju dan mundur dan akupun semakin menikmatinya, hilang rasanya rasa pedih dihatiku terobati dengan kenikmatan yang tiada taranya. Mulutku mulai meracau mengeluarkan desahan dan ocehan."Akhh.. Pak.. Aduuh.. ohh.." lama Pak Yonas memacu birahinya dan akupun mengimbanginya dengan menggelora, sampai akhirnya kembali aku mengejang dan sambil memeluk erat tubuh Pak Yonas aku kembali menyemprotkan cairan yang meledak dalam rahimku, aku orgasme untuk yang kedua dari Pak Yonas. Untuk beberapa saat Pak Yonas menghentikan gerakannya dan memeluk erat tubuhku sambil melumat bibirku. Aku benar-benar menikmati orgasme yang kedua ini, mataku terpejam sambil kulingkarkan kedua kakiku ke pinggang Pak berapa lama kemudian Pak Yonas mencabut penisnya yang masih mengacung kokoh dari dalam rahimku."Oh.." ada sesuatu yang hilang rasanya dari ia bergerak menyamping dan membalikan tubuhku, kali ini aku pasrah dan lemah tak berdaya hanya menurut saja. Kembali ia menaiki tubuhku, kali ini dari belakang dan mulai menusuk-nusukan penisnya ke pantatku. Akupun menyambut sodokan benda tumpul itu dengan sedikit membuka kakiku dan mengangkat pantat kenyalku, cairan yang keluar dari rahimku mempermudah masuknya senjata Pak Yonas melalui jalan belakang dan kembali menancap di vaginaku. ia bergerak sambil kedua tangannya meremas payudaraku dari belakang dan menggenjotkan pantatnya menghantam liang vaginakuGesekan demi gesekan kurasakan semakin nikmat menyentuh kulit halus liang vaginaku, tanganku mencengkram erat seprei tempat tidurku yang acak-acakan."Ohh.. Alya.. sayang.. bawa aku ke puncak.. Ohh.."Pak Yonas benar-benar hebat, ia bisa bertahan lama menggauliku dengan berbagai posisi, sedangkan akupun semakin gila saja meladeni nafsu setan Pak Yonas. Untuk ketiga kalinya aku mencapai klimaks sedangkan Pak Yonas mesih saja berpacu diatas tubuhku. Sekarang pasisi tubuhku duduk dipangkuan laki-laki ini sambil mendekap dengan kepala mendongak kebelakang, leluasa ia mencumbu leherku yang mulai sudah basah dengan keringat yang keluar dari seluruh pori-pori tubuhku. Seakan tak pernah puas terus saja ia mengulum dan menjilati kedua payudaraku, kurasakan penis Pak Yonas menghujam telak keliang senggamaku yang mendudukinya. Kocokan demi kocokan yang semakin gaencar kurasakan menggesek kulir vaginaku sebelah dalam, erangan dan cengkraman menghiasi gerakannya. Kali ini aku benar-benar melepaskan seluruh hasratku yang selama ini terpendam, aku tak mempedulikan lagi siapa laki-laki yang menyetubuhiku, yang jelas aku ingin posisi duduk itu berlangsung sampai akhirnya tubuh Pak Yonas semakin gencar menyodok vaginaku, gerakannya semakin cepat. Pak Yonas menghempaskan tubuhku kembali terlentang ditempat tidur, tubuhnya mengejang dan memeluk rapat tubuhku sampai aku hampir tak bisa bernafas. Lalu kurasakan semburan hangat dengan kencang membentur dinding rahimku."Akhh.." Pak Yonas mengerang panjang sambil menekan pantatnya kebawah dengan keras, kucengkram dan kembali kulingkarkan kakiku kepinggangnya dan akupun melepaskan sisa orgasme yang masih tersisa ditubuhku. Untuk orgasme yang terakhir ini kami berlangsung hampir bersamaan, akhirnya dengan terkulai lemah tubuh Pak Yonas roboh menindih tubuhku yang lemas pula. Lama kami terdiam merasakan sisa kenikmatan itu dan akhirnya Pak Yonas mulai beringsut menjauh dari tubuhku."Terima kasih Alya sayang.." setengah sadar dan tidak kudengar Pak Yonas membisikan kata-kata itu sambil mengecup keningku. Lalu ia berdiri mengambil sesuatu dari meja riasku dan berdiri mematung di samping tempat tidur. Aku tidak tahu kapan ia pergi karena setelah itu aku tertidur karena lelah dan kantuk yang menyerangku tanpa mempedulikan keadaan kamar tidurku yang lima sore aku baru terbangun dari tidurku, tubuhku serasa hancur dan capek bukan kepalang, aku tersentak kaget begitu kulihat jam di dinding kamarku menunjukan pukul lima sore. Oh.. sebentar lagi suamiku Mas Rohan pulang bagaimana kalau ia mendapati keadaan diriku yang seperti ini dengan sisa sperma yang mulai lengket membanjir di selangkanganku. kulihat banyak sekali cairan sperma Pak Yonas keluar meleleh dari dalam vaginaku bercampur dengan cairan rahimku dan membasahi seprei tempet tidur. Setengah merangkak aku menuju kamar mandi membersihkan tubuhku dari bekas keringat dan dosa, guyuran air hangat membuat tubuhku sedikit lebih segar walaupun rasa capek itu masih tersa ditubuhku. Kulihat vaginaku memerah dan bekas cupangan nampak di payudaraku, lama aku berada di kamar mandi menunggu cairan sperma Pak Yonas keluar semua meninggalkan liang rahimku. selesai mandi cepat-cepat kubereskan tempat tidurku dang mengganti seprei serta sarung bantil guling dengan yang masih baru, aku tak ingin Mas Rohan masih termenung memikirkan kejadian siang tadi, aku mengutuk diriku sendiri dan sangat menyesal dengan hal itu. Bajingan benar Pak Yonas itu, ia telah menodai kesucian rumah tanggaku yang selama ini kujaga dengan baik. Yang lebih kusesalkan lagi akupun menikmati permainannya yang sangat nikmat. Belum pernah aku merasakan senggama sepanjang itu dengan Mas Rohan, aku bisa mencapai klimax sampai empat kali, kuakui hebat sekali permainan Pak Yonas. Jam delapan malam suamiku baru sampai dirumah."Maaf ya Sayang, aku nggak sempat pulang makan siang, soalnya ada klien dari Jepang yang mengajakku makan siang""Nggak apa-apa kok Mas.." hanya itu yang keluar dari kejadian itu telah berlalu dan akupun menutup rapat mulutku dari siapapun walaupun itu teman baikku, aku tak ingin rumah tanggaku hancur dengan perceraian gara-gara kejadian itu. Dan selama itu pula aku aku mengabdi benar-benar kepada Mas Rohan suamiku, aku ingin membalas kelakuanku itu dengan menjadi istri yang baik dan mengabdi pada suami, tapi tetap saja perasaan bersalah itu terus menghantuiku. Kadang suamiku heran dengan perubahanku yang terkadang memanjakan dirinya, selama itu pula aku selalu berada dirumah, aku takut bertemu dengan bajingan itu ketika suamiku menjamu klien yang lumayan besar disebuah restoran, kami datang dengan pasangan masing-masing dan inilah kali pertama aku bertemu dengan Pak Yonas yang ikut pada jamuan makan tersebut. Ia datang bersama teman wanitanya yang lumayan cantik, katanya ia telah resmi bertunangan dengan wanita itu. Agak grogi aku ketika bertatapan dengan matanya."Selamat malam Bu Alya apa kabar?, kenalkan ini Widya tunangan saya!".Aku diam dan bersalaman dengan tunangannya, aku heran ternyata sikapnya masih sopan dan ramah padaku seakan tidak pernah terjadi sesuatu diantara kami. Klien suamiku kali ini seorang pria yang sudah berumur dengan tubuh yang agak tambun, ia didampingi teman wanitanya yang cantik dan agak nakal, aku tahu dari sikapnya ia hanya seorang perempuan panggilan yang sengaja menemaninya. Pak Wirya nama lelaki itu, yang tidak kulupakan ia mempunyai tatapan yang nakal ketika melihatku seakan menelanjangi seluruh tubuhku dan menghempaskannya ketempat tidur. Dari gaya bicaranya pun ia terdengar agak kurang ajar dan membuatku sangat muak mendengarkannya. Tidak ada kejadian apa-apa malam itu, aku pulang dengan suamiku dan perpisah dengan pasangan Pak Wirya dan Pak menjadi kegiatan rutin Mas Rohan suamiku untuk memberikan laporan bulanan kekantor pusat di Jakarta dan hal ini kadang membuat Mas Rohan harus menginap dijakarta. Biasanya ia pulang kerumah orangtuanya dan menginap disana, dan aku terpaksa sering ditinggal sendiri di Bandung. Seperti kali ini suamiku mesti kembali ke Jakarta dan menginap disana selama tiga hari, karena katanya akan ada meeting dengan dewan komisaris hari berikutnya. Seperti biasa sore itu baru saja aku kembali dari toko swalayan untuk membeli kebutuhan dapur, ketika sampai didepan pintu rumah kudapati sebuah bungkusan kado tergeletak disana. Dengan rasa penasaran kubuka bungkusan itu dan ternyata isinya adalah sebuah VCD kaset yang bertuliskan namaku di covernya, kuperhatikan sekeliling rumahku untuk mencari orang yang meletakan VCD tersebut tapi tidak kutemukan. Bergegas aku masuk dan kunyalakan VCD player di ruang tengah tempat kami biasa menonton TV. Mataku terbelalak kaget dan tubuhku menggigil ketika menyaksikan adegan dilayar TV, seorang wanita dan seorang lelaki tengah bergumul diatas tempat tidur yang tak asing lagi bagiku. Ya.. itu adalah adegan aku dan Pak Yonas waktu itu dengan sangat jelas tergambar adegan demi lemas dan kepalaku menjadi pusing, belum aku menyadari apa yang terjadi terdengar suara telepon berdering, perlahan kudekati dan kuangkat.."Gimana Sayang..? baguskan VCDnya?" kudengar suara yang tak asing lagi di gagang telepon."Pak.. Pak Yonas.. kurang ajar.. bajingan kamu.., belum puas kamu memperkosaku..""Ah sayang, bukankah kau juga menikmatinya, sengaja VCD itu kukirim buat kenang-kenangan""Biadab aku sudah.. membuangnya..""Nggak apa-apa aku masih punya copynya kok, kalau kamu mau aku bisa mengirimkannya lagi""Bajingan..! serahkan copynya padaku, aku nggak mau benda itu dilihat orang lain""Bisa saja Sayang, asal kau mau memenuhi permintaanku..""Kau mau apa lagi dariku..""Aku cuma ingin kau menemaniku makan malam, aku ada teman yang mengajakku makan malam dan harus membawa teman wanita""Gila bagaimana kalau suamiku tahu..?""Tenang saja dia kan lagi diluar kota.. pokoknya aku jemput nanti jam setengah enam" tanpa mempedulikan jawabanku ia menutup bingung kepalaku tambah pusing gimana kalau suamiku mengetahui hal ini, buru-buru kuambil VCD itu dan kubakar sampai tak bersisa. Malam itu seperti janjinya Pak Yonas datang kerumah untuk menjemputku, tapi aku menolak aku tak mau terjebak untuk yang kedua kali oleh laki-laki ini. Tapi kemudian ia mengancam akan menyebarkan VCD itu ke internet dan menyerahkannya ke suamiku, aku seperti makan buah simalakama. Akhirnya aku mau juga ikut dengannya, karena kupikir paling buruk ia meniduriku lagi walaupun ia hanya mengatakan untuk ditemani makan malam dengan temannya. Pak Yonas menyuruhku memakan gaun terseksi yang aku punya dan akupun melakukannya, gaun tanpa lengan warna ungu dengan bawahan yang menjuntai kelantai menutupi kakiku. Aku benar-benar sexy dan anggun malam itu seakan hendak mengikuti acara formal saja, gaun sebatas dada yang terpaksa menonjolkan belahan payudaraku melekat ketat membuat puting susku tergambar dengan jelas karena gaun seperti ini memang dirancang untuk tidak mengenakan . . . KontrakanParmi siang gini sepi, semua pengguhinya. Kata Parmi, 4 orang yang tinggal disitu adalah karyawan-karyawan. Hanya 1 orang yang mahasiswa, itupun sambil kerja juga. "Mi, kamu tau rumah kang legimin itu" Tanyaku "Aku mau nginep di rumah dia ni" "Wah.. aku nggak tau mas, aku jarang ketemu kang legimin kog.
Berangkatlah aku dan Pak Yonas menuju sebuah hotel didaerah lembang, hatiku semakin tak karuan ketika ternyata Pak Yonas sudah membuking sebuah kamar di hotel itu, dan kami tidak langsung menuju restoran hotel melainkan masuk kesebuah kamar karena katanya mereka janji sekitar jam sembilan dan masih tersisa waktu satu jam."Kau benar-benar sexy malam ini sayang..""Hentikan Pak.. jangan panggil aku sayang.. aku bukan kekasihmu" Pak Yonas hanya tersenyum mendengar saja kami masuk kedalam kamar, tiba-tiba saja Pak Yonas memelukku dari belakang, aku berusaha berontak tapi ia menghimpitku dengan kencang dan tangannya langsung menyergap kedua payudaraku yang membusung."Ayolah sayang aku ingin menikmatinya tanpa pengararuh obat tidur, tidak seperti waktu itu, aku ingin kau melayaniku dengan hasratmu sayang.. aku tahu kaupun menginginkannya"Akhirnya akupun pasrah menuruti keinginannya toh ia sudah mendapatkan tubuhku dan akupun tak sanggup membendung hasratku untuk mengulang kembali kenikmatan lelaki ini seperti waktu itu. Pak Yonas mendorong tubuhku sehingga aku terhimpit ketembok, ia memegang kedua tanganku dan mengacungkan keatas menempel ke dinding sambil mulutnya terus menelusuri leherku. Perlahan tangan kanannya merayap kebawah dan menarik belahan gaunku keatas sehingga kini pantatku tersingkap, nafasku mulai terengah mendapat perlakuan seperti ini. Detik berikutnya kurasakan sebuah benda kenyal dan keras mengusuk-nusuk pantatku yang masih mengenakan celana dalam, dengan cekatan ia menarik kain tipis tersebut dari tempatnya sehingga kini menggantung dilututku, lalu ia kembali menyodokkan penisnya dari arah refleks, naluri kewanitaanku menyorongkan pantatku ke belakang dan agak merenggangkan kedua kakiku sehingga kini penis lelaki itu mulai menggesek bibir vaginaku yang mulai basah. Nikmat sekali rasanya gesekan itu dan aku ingin lebih, aku membungkuk agar ia leluasa memasuki tubuhku, tapi entah kenapa ia menghentikan aksinya dan membalikan tubuhku."Sabar sayang.. Belum saatnya" rupanya ia mempermainkan aku yang kini duduk terengah ditempat Yonas menatap tajam kearah kedua mataku sambil mulai mendekatiku kembali, ia mulai membuka jas yang dikenakannya lalu mulai melepaskan kancing kemeja dan terakhir ia membuka celananya. Kuakui memang ia mempunyai tubuh yang sempurna dengan dada yang bidang dan otot-otot paha yang kokoh, ia hanya mengenakan CD dan mulai menyentuh pipiku."Kau memang cantik sayang.. aku beruntung bisa menikmatimu"Belum sempat aku berkata-kata, mulutku sudah disumpal dengan belahan bibirnya, ia memasukan lidahnya kemulutku dan akupun menerimanya dengan balasan yang lebih menggelora, lama kami berpagutan sambil tangannya terus saja menggerayangi tubuhku. Ia menarik resluiting gaunku dan menyusupkan tangannya dari arah belakang terus menuju pinggangku dan terakhir meremas belahan pantat kenyalku. Mulutnya kini telah berada di dadaku, seakan tak pernah puas ia terus mengulum dan menjilati kedua payudaraku secara bergantian, kini tubuhku terlentang dengan kaki menjuntai menuju tok.. tok.. tiba-tiba saja kami dikejutkan oleh suara ketukan pintu kamar, sesaat kami saling pandang lalu Pak Yonas tersenyum dan bergegas menuju pintu kamar."Ah.. dia sudah datang.." dengan hanya memakai CD ia berjalan menuju pintu meninggalkanku dalam keadaan setengah bugil dengan bagian atas terbuka dan gaun bawah tersingkap dengan celana dalam menggantung dilututku. Aku tersentak kaget ketika ternyata orang yang mengetuk pintu itu menyeruak masuk kedalam kamar, dengan reflex aku masuk kebalik selimut untuk menyembunyikan tubuhku yang setengah telanjang."Wahh.. wah.. rupanya Pak Yonas sudah memulai tanpa saya.." dari balik selimut kudengar suara yang pernah kudengar sebelumnya di telingaku."Belum Pak.. saya hanya pemanasan dulu, sambil menunggu kedatangan Bapak..""Kalau begitu saya juga udah nggak sabar nih.. Pak""Silakan Pak.. untuk sementara saya jadi penonton.." hatiku berdegup kencang mendengar percakapan mereka, bagaimana kalau mereka meniduriku secara bergantian?, kudengar dari balik selimut lelaki yang baru datang ini mulai melepaskan pakaiannya dan selanjutnya ia menarik selimut yang menutupi tubuhku."Lhoo.. kenapa sembunyi sayang.. ayo dong aku sudah nggak sabar.."Mataku terbelalak kaget ketika selimut yang menutupi tubuhku mulai bergeser meninggalkan tubuhku, aku berusaha mempertahankan diri."Ohh.. Kau.." ternyata yang berdiri didepanku adalah Pak Wirya lelaki yang pernah makan malam bersama suamiku, lelaki yang sangat menjijikan kelakuannya bagiku dan kini lelaki itu berdiri di hadapannku hanya mengenakan celana dalam dan siap menerkam tubuhku yang setengah telanjang."Jangan Pak.. hentikan.." aku berusaha menjauh."Ayolah sayang jangan takut.. aku memang tak setampan Pak Yonas, tapi aku tidak akan menyakitimu..""Bajingan kau.. pergi.. aku nggak sudi..""Sudahlah sayang.. nikmati saja.." kudengar Pak Yonas berkata sambil menuju sempat aku berkata lagi Pak Wirya bergerak menangkap tanganku dan menarik menuju ke badannya sehingga aku tersungkur dalam pelukannya."Hentikaan.. Apph.." mulutku tersumbat oleh bibir Pak Wirya yang di tumbuhi bulu-bulu kumis yang tebal, ia berusaha memasukan lidahnya berusaha berontak dan menendang tapi gerakanku tertahan oleh sepasang tangan Pak Yonas yang memegang kedua kakiku dari arah belakang. Oh Tuhan.. mereka berdua memperlakukannku seperi binatang, selanjutnya tangan Pak Yonas menarik gaunku yang telah merosot di tubuhku sehingga kini aku benar-benar telanjang."Silahkan Pak.., Bu Alya udah siap.. saya ingin jadi penonton dulu.."Pak Yonas kembali menjauh dan duduk di sofa sambil terus menyaksikan adegan dimana Pak Wirya mempermainkan kasar Pak Wirya menjamah seluruh tubuhku, mulai dari kaki sampai ujung kepala, ia meraba, menjilat dan menggigit puting susuku. Pak Wirya seperti anak kecil yang mendapat mainan baru memperlakukan tubuhku."Ohh.. Sayang.. indah sekali.. toketmu..""Ahk.." jari tangan Pak Wirya bermain diselangkanganku mengobok-obok tempat suci yang selama ini menyibakkan rambut hitam yang tumbuh rapi disana dan menyelipkan jari tangannya diantara bibir vaginaku. tubuhku mengejang, ia menusuk-nusukan jarinya dengan kasar dan mengorek-orek isi vaginaku. lalu ia memutar tubuhnya menjadi posisi 69. Pak Wirya menyapukan lidahnya di vaginaku terus menuju lubang anusku."Ooohh.." aku mengerang, kekasarannya justru menimbulkan sensasi baru dalam tubuhku, nikmat rasanya dan kurasakan tubuhku mengejang.. aku orgasme dengan sentuhan lidah Pak Wirya, tapi mulut Pak Wirya tak beranjak dari selangkanganku ia melumat setiap cairan yang aku keluarkan dari dalam liang lemas untuk beberapa saat, tapi hal itu tidak berlangsung lama, Pak Wiraya membuka celana dalamnya tersembullah benda berurat yang menegang dengan ukuran sangat berbeda dari ukuran umum, benda itu begitu besar dan panjang. Aku bergidik membayangkan penis sebesar itu menyodok vaginaku dan menembus rahimku."Ayo sayang.. mainkan.."Pak Wirya mengarahkan penisnya ke mulutku, aku tak dapat menghindar, akhirnya penis itu masuk kedalam mulutku walau hanya setengahnya saja. Sesak rasanya nafarsku disumpal penis sebesar itu. Rupanya Pak Wirya sudah tak sabar lagi dengan keadaanku seperti itu, ia mulai bergerak memposisikan tubuhnya di atas tubuhku. Pak Wirya berjongkok di bawah pantatku sambil kedua tangannya memegang kedua kakiku dan membukanya lebar-lebar, lalu ia mulai menggeser pantatnya mendekati selangkanganku dan mengarahkan senjatanya munuju liang vaginaku yang terbuka lebar. Dengan kasar ia menggesek-gesekan kepala penis yang besar itu ke bibir vaginaku yang sudah licin dan berusaha menyelipkannya ke vaginaku."Akkh.. pelan.. pelan.. Pak.. sakit.. Awww.." mataku mendelik, tubuhku mengejang dan kepalaku mendongak saat Pak Wirya mendorong pantatnya ke arah vaginaku."He.. he.. he.. gimana sayang.. nikmat kan..?"Kurang ajar.. bajingan ini malah tertawa melihat diriku yang berkelojotan menahan senjatanya. Penis besar itu bergerak menerobos vaginaku, sakit sekali rasanya walaupun aku bukan pertama kali bersetubuh tapi ini benar-benar besar. Tanganku berusaha menahan sodokan pinggang Pak Wirya, tapi ia lalu memegang kedua tanganku dan dan menghimpitnya keatas kepalaku sambil tubuhnya bergerak menindih tubuhku. Akhirnya amblaslah setengah penis Pak Wirya diliang vaginaku, ia berusaha terus menekan untuk memasukan seluruh batang kenyal itu, tapi kapasitas liang vaginaku memang tak mungkin menampung penis sepanjang beberapa saat lamanya aku merasakan sakit yang luar biasa di selangkanganku, robek rasanya bibir vaginaku tetapi selanjutnya kurasakan kenikmatan yang mulai menyerang tubuhku. Perlahan Pak Wirya mulai mmemaju mundurkan pantatnya, kenikmatan demi kenikmatan kurasakan dengan perasaan selangkangan yang selalu penuh. Melihat keadaan Pak Wirya dan aku yang seperti itu rupanya membuat gelora Pak Yonas bangkit lagi karena dengan mata terpejam menikmati permainan Pak Wirya Kurasakan sesuatu menyeruak memasuki mulutku, ternyata Pak Yonas berdiri di dekat kepalaku sambil mengarahkan penisnya ke mulutku. Akhirnya aku melayani mereka berdua dengan gairahku yang meledak-ledak itu aku benar-benar menjadi mainan mereka berdua, seakan tak pernah lelah mereka bergantian memasukan memasukkan senjatanya ke lubang bibirku baik yang atas maupun yang bawah. Akupun akhirnya melayani mereka dengan sangat menggebu menumpahkan segalanya dan mengejar orgasme demi orgasme. Mungkin karena bekas Penis Pak Wirya yang terlalu besar sehingga Pak Yonas kurang menikmati cengkeraman vaginaku sehingga dengan dibantu Pak Wirya yang memegang dan menghimpit tubuhku diatas tubuhnya, Pak Yonas memasukan penisnya ke lubang anusku juga. Seperti adegan dalam film BF saja Pak Wirya menggenjot vaginaku dan Pak Yonas menerobos anusku dari bawah. Berbagai macam gaya mereka praktekkan kepadaku malam itu, semburan demi semburan membanjiri liang vaginaku. Kadang Pak Wirya melepaskan spermanya di vaginaku lalu sesaat kemudian Pak Yonas menambahnya dengan semburan hangat menjelang pagi, baru mereka tertidur setelah mereka membuat aku mencapai orgasme yang ke lima kali. Sambil terus memeluk tubuhku, kedua lelaki ini tergeletak tak berdaya. Jam sepuluh pagi Pak Wirya bangun terlebih dahulu dan setelah mandi ia meninggalkan aku dan Pak Yonas yang masih tergeletak di tempat tidur. Akhirnya Pak Yonas membopong tubuhku untuk mandi dan berendam bersama di bath tube kamar tidur dan kamipun makan siang dengan room service. Kupikir segalanya akan berakhir di sini, ternyata Pak Yonas masing mengajakku melakukan perbuatan itu lagi sampai malam selanjutnya. Kali ini kami berdua menumpahkan segalanya, keesokan harinya dengan tubuh yang sangat lunglai aku pulang diantar taksi meninggalkan Pak Yonas yang masih tidur telanjang di tempat tidur. Aku tidak mau suamiku Mas Rohan pulang dan mendapati aku tidak ada di kemudian kudapati diriku mulai mual-mual dan terlambat datang bulan, dan setelah kuperiksakan ke dokter ternyata aku positif hamil tiga minggu. Mas Rohan gembira sekali walaupun kaget karena selama ini kami melakukan safe sex selama melakukan hubungan badan. Aku benar-benar merasa bersalah kepada suamiku karena aku tahu pasti janin ini bukan benih Mas Rohan, entah Pak Yonas atau Pak Wirya yang berhasil menghamiliku dan sampai saat ini aku menjaga rahasia besar kami merayakan selamatan tujuh bulan kehamilanku, aku mendapat bingkisan yang ternyata berisi master dari video adegan ranjangku dengan Pak Yonas. Semenjak itu aku tidak pernah melihat Pak Yonas lagi karena ia keluar dari perusahaan dan ikut Pak Wirya mengurus perusahaannya di kota lain. Akhirnya dari Pak Yonas, aku tahu bahwa sebenarnya ia menjual diriku ke Pak Wirya dengan imbalannya ia menjadi pimpinan di anak perusahaan Pak Wirya yang
Berangkatlahaku dan Pak Yonas menuju sebuah hotel didaerah lembang, hatiku semakin tak karuan ketika ternyata Pak Yonas sudah membuking sebuah kamar di hotel itu, dan kami tidak langsung menuju restoran hotel melainkan masuk kesebuah kamar karena katanya mereka janji sekitar jam sembilan dan masih tersisa waktu satu jam. Cerita Dewasa Istriku Digauli Orang Lain - Sesudah kami menikah lebih dari 15 tahun, aku merasakan adanya kurang puas istriku dalam hal hubungan seks kami selama ini. Beberapa bulan terakhir ini apabila kami berhubungan, khususnya saat-saat istriku gairahnya naik dan kemungkinan sedang menjelang orgasmenya dia selalu mengerang dan mendesahkan kata-kata,"Gede-in dong, Mas, ayoo, gede-in lagi, Mas.. Ayyoo. Mas aku pengin lebih gede lagii.."Dan aku mesti tanggap akan desahan macam itu. Hal itu terutama karena aku maupun istriku meyakini bahwa desahannya itu tak mungkin aku penuhi. Penisku yang, yahh.., sedang-sedang saja mungkin jauh dengan khayalan kami, aku dan istri, yang selama ini juga termasuk senang nonton BF baik VCD maupun via semua tahu tontonan fantasi itu banyak memicu libido kami yang memang sering kami perlukan untuk mencari variasi dalam hubungan seks kami. Dan di sana kita menyaksikan betapa para cantik dan tampan plus perlengkapan mereka yang nempel sebagai bagian tubuhnya seperti penis, buah dada dan pantat maupun yang palsu seperti "dildo" dan sebagainya ukurannya sungguhlah ideal itu akhirnya yang menjadi obsesi kami, termasuk yang akhirnya tersalur dalam desahan istriku tadi. Suatu malam ketika kami dalam keadaan asyik masyuk, pada saat-saat menghadapi puncak-puncak gairah birahi, kudengar kembali desahan itu,"Mas, gede-in dongg.., ayyoo, mass.. Gedeinn.., aku pengin yang gedeeii.. Mass..".Ah, Surti.., benarkah ucapanmu itu..?? Benarkah ke-inginan kamu itu..?? Aku setengah bertanya dalam bisu. Aku tidak berani bertanya secara belum tahu akan risikonya apabila dia benar-benar menginginkan hal itu. Aku juga takut kalau dia benar-benar menginginkan dan aku tidak mempedulikan. Aku merinding dan gemetar kalau membayangkan dia sendiri yang mencari jalan diluar pengetahuan saya. Aku sangat takut dia melakukan selingkuh. Aku sangat mencintainya. Aku percaya, kalau dia mau, dengan gampang mendapatkan lelaki macam manapun yang dia inginkan. Kecantikan dan sensualnya akan dengan cepat membuat setiap lelaki siap memuaskan sangat menderita apabila memikirkan semuanya itu. Aku demikian gelisah dan gundah hingga sering terbawa dalam mimpi-mimpiku. Hanya pada mimpiku terakhir beberapa malam yang lalu dari tidurku yang sama sekali sulit untuk nyaman, aku mendapatkan perasaan yang aku sedang menyaksikan istriku digauli dan berhubungan seks dengan seorang pria yang sangat tampan. Yang aneh adalah aku merasakan birahi saat menonton Surti yang berteriak histeris dilanda nikmat syahwatnya. Sayang aku terbangun sebelum mimpiku selesai. Penisku ngaceng dan birahiku yang masih menyala-nyala mendesak-desak untuk diselesaikan. Pagi itu aku melakukan onani tangan dengan mengingat-ingat bagaimana istriku dengan penuh nafsu secara aktif meladeni segala kemauan pasangannya sebagaimana yang kusaksikan dalam mimpiku. Aku merasakan kepuasan yang amat sangat saat spermaku muncrat-muncrat..Yaa.., aku merasakan kepuasan syahwat yang luar biasa dengan mengingat gambaran istriku digauli orang lain. Sejak saat itu, aku sering onani dengan membayangkan istriku Surti, digauli lelaki suatu hari saat aku beranjak pulang dari kantor, saat aku bosan dengan berbagai hal aku iseng beli "koran got". Aku suka sebut dengan "koran got" itu karena isinya memang pantes untuk dicemplungkan ke-got saja. Isi koran itu hanya penuh berita kriminil, kecelakaan yang serem-serem atau cerita hantu atau penyelewengan suami istri yang diungkapkan secara vulgar. Tetapi koran itu sangat laris. Pembacanya adalah masyarakat kelas bawah yang memang haus hiburan seperti tukang ojek, supir metro-mini atau pedagang cerita sesudah membaca "head line"-nya aku langsung aku membuka-buka halaman bergambar untuk sekedar pelipur lara dan tak kulewatkan juga membaca larik-larik iklan kelompok iklan Panti Pijat aku baca sederet banyak informasi yang membuat libido bergoyang. Antara lain, lihat, Panti Surgawi, buka 24 jam, sedia pemijat cantik dan ganteng. Hubungi no. HP xx8907. Kemudian lainnya, Pijat Gairah untuk suami istri, ditanggung memuaskan, hubungi 021-8877xx. Dari sekian iklan itu tiba-tiba ada iklan yang menarik bagiku, bunyinya begini, Pijat Sehat hubungi Pria, Ramon, usia 28 tahun, turunan Arab, tinggi 175 cm, berat 65 kg, tampan, berkumis dan bulu dada, size 18/5, ditanggung memuaskan. Bisa dipanggil ke rumah atau hotel. Hubungi 24 jam, HP no. aku jadi langsung ingat istriku. Aku mau tunjukkan padanya iklan macam itu. Aku pengin tahu, adakah macam itu yang memang dia butuhkan. Yah, tetapi aku tetap harus hati-hati, agar tidak meninggung perasaannya. Cari" timing" malam aku kembali mendengar desahan itu. Saat-saat aku konsentrasi untuk melepas spermaku dia kembali,"Gede-in Mas, ayoo.., gede-in dulu Mas.. Yang gede yang enak, Mas..".Bagaimana mungkin? Dan aku terus saja mengayunkan kemaluanku yang pas-pasan ukurannya ini hingga spermaku tumpah ke liang kali ini ada yang aku ini dia, Surti istriku ini mengakhiri hubungan seks tanpa mendapatkan orgasmenya sama sekali. Aku tahu itu. Aku tahu apabila dia mendapatkannya dia akan menunjukkan luapan emosi syahwat yang nyata banget. Tetapi kali ini tidak. Dan itu nampak membuatnya kecewa dan menderita. Dan akhirnya kami tidak bisa tidur hingga larut malam. Pada kesempatan itulah aku tunjukkan padanya koran yang kubeli dan kusimpan untuknya."Bagaimana, Ma, kalau itu kita coba saja? Mama percaya nggak ada iklan ini?"Istriku ini sesungguhnya sangat pemalu, termasuk di depan aku suaminya. Walaupun dia baca juga iklan itu dia nggak akan menjawabnya untuk tawaranku macam ini. Dan akulah yang harus mengerti sendiri jawabannya. Dan ada satu hal lagi, yang rasanya kini justru datang dari aku sendiri. Kebiasaanku onani dengan membayangkan lelaki lain menyetubuhi istriku Surti mendorong syahwatku untuk melihat secara nyata kejadian ingin mimpi-mimpiku itu menjadi kenyataan. Duhh.. Gigiku gemelutuk menggigil dan gemetar dengan apa yang mungkin akan terjadi..Aku jumpa istriku saat sama-sama kuliah di UKI. Dia adalah yuniorku dengan selisih 3 tahun kuliah. Surti, demikian panggilannya, memiliki postur tubuh yang langsing dan getas. Dengan warna kulitnya yang coklat kuning, dia masih termasuk punya darah biru. Kecantikannya dikenal di seputar kampus. Dari sekian pesaing, akulah yang beruntung menjadi pemenangnya untuk mengajak ke tuanya masih ada hubungan sebagai cucu raja Jawa, entah dari permaisuri atau selir yang ke sekian. Dengan tinggi yang 167 cm dan berat 55 kg, dia nampak sangat sportif dan lincah. Sepintas posturnya mengingatkan figure Dyah Permatasari yang bintang sinetron itu. Dua orang anak hasil perkawinan kami dibesarkan di Solo sesuai dengan keinginan mertua kami agar lebih mengenal tradisi dan Jakarta kami masing-masing punya kegiatan dan bekerja. Kami memiliki cukup materi dan lingkungan social yang baik. Kami sama-sama sepakat bersikap demokrat dan liberal dalam memandang liku-liku kehidupan ini. Kami terbiasa berfikir positip dalam banyak hal. Dalam hal hubungan seks, saat ini kami lakukan sebagai penyaluran kebutuhan biologis semata. Dan itu kami lakukan dengan semangat rekreasi dengan penuh untuk masalah iklan tadi kini aku nggak akan tanya untuk yang ke 2 kali. Aku cukup lihat cahaya di matanya. Aku tahu aku harus mengambil inisiatip. Artinya dia mempercayakan padaku dan aku bertanggung jawab atas apapun risiko yang akan dihadapi. Saat itu pula, jam WIB, tanpa ambil risiko memakai nomer telpon rumah, aku putar no. HP-nya melalui kemudian ada jawaban. Ternyata aku berhadapan dengan mesin rekaman yang minta agar aku merekam pesanku pada HP-nya. Aku lakukan dengan cukup mengatakan, "Hubungi kami segera".Ternyata tidak sampai 10 menit HP-ku bergetar. Aku memandang istriku, tetapi dia nampak acuh saja. Kuraih HP dan kubuka jawaban, "Hallo".Benar, aku menghadapi dan berbicara dengan Ramon. Dia minta maaf tidak segera membuka HP-nya karena kebetulan sedang membereskan buku-bukunya. Dia ceritakan bahwa saat ini sedang melanjutkan kuliah untuk meraih S2-nya. Dia seorang arsitek. Dia memang memerlukan dana untuk kelanjutan kuliahnya. Dia menyerahkan padaku di mana dan kapan kami sama-sama jumpa. Dan dia sangat tahu problem macam kami. Dia akan berusaha sebisanya untuk menolong kami, katanya. Ah, kedengarannya santun dan intelek banget. Benarkah?Aku ceritakan pembicaraanku dengan Ramon pada istriku. Dia tetap saja menunjukkan ke-acuhannya. Tidak menolak dan tidak meng-iya-kan. Mungkin dia malu untuk menunjukkan girangnya. Siapa janji besok untuk mendapatkan konfirmasi tempat di mana yang paling nyaman dan aman. Kami tidak ingin hal macam ini mesti ketemu orang lain yang kami IBS, kamar 534 & 535Sesudah berpikir-pikir dan berputar-putar akhirnya aku memilih yang paling aman dan nyaman, Hotel IBS berbintang 4, yang terletak di seberang perempatan Manggala Wana Bhakti. Hotel itu merupakan group hotel Internasional. Hotelnya tersebar di seluruh Jakarta mungkin ada 3 atau 4 hotel dari group dan nama yang sama. Sesudah konfirmasi dengan istriku, OK atau tidak nya, kemudian dengan Ramon untuk menetapkan waktu dan tempatnya, aku pastikan untuk booking 2 kamar connecting door dengan no. 534 & 535. Ini sebetulnya permintaan istriku, yang akhirnya keluar juga omongannya, alasannya nanti dia akan ceritakan saat ketemu sore cara rasional dan praktis saja, aku dan istriku sepakat ketemu di restoran hotel jam wib. Kupikir ada baiknya si Ramon juga kami temui dulu di tempat tersebut. Jadi kami sama-sama makan malam aku dan Ramon datang lebih dulu. Istriku belakangan karena terjebak macet dari kantornya yang di jalan Sudirman. Sementara menunggu aku sempat sedikit memberikan introduksi kepada Ramon bagaimana kami sebagai suami istri. Aku tidak tahu apakah hal ini ada gunanya. Dan yang lebih penting lagi, ternyata Ramon ini orangnya sangat "handsome" dan nampak ceritanya yang tak terlampau banyak, aku tahu bagaimana dia memandang hidup ini juga pragmatis dan positip saja. Jadinya tidak begitu beda dengan kami. Mengenai usia istriku yang hampir 38 tahun, lebih tua 10 tahun dari dia, bagi Ramon nggak hal-hal yang berkaitan dengan jasa untuk Ramon tidak ada masalah. Dia akan tidur menemani istriku hingga besok pagi. Dan, sesuai dengan yang tersebut dalam iklannya, dia juga tawarkan kepadaku kemungkinan untuk "threesome", bersama bertiga dalam satu ranjang. Jawabanku adalah, untuk yang pertama ini biarlah aku menyaksikan saja dari balik pintu kamar istriku di ambang pintu restoran mencari kami dan kemudian mengajukan langkahnya. Duh, cantik benar Surtiku ini. Mungkin dia datang terlambat untuk ke salon mempercantik diri dulu. Lihatlah, lantai granit restoran yang mengkilat ini membuat bayangan tubuhnya bak peragawati sedang melangkah-langkah di "catwalk"-nya. Dia benar-benar sesaat sesudah istriku datang dan sejenak duduk, sambil bersalaman kenalan dengan spontan penuh kekaguman Ramon membisikkan padanya bahwa "Jeng Surti" amatlah cantik. Hal ini menjadi sangat penting dalam perjalanan petualangan ini istriku langsung cair yang ditunjukkan dengan senyumannya yang sangat menawan itu. Panggilan "jeng" yang lekat dengan budaya Solo ini membuatnya langsung akrab antara ke-duanya. Ramon ini sangat paham psikologi orang rupanya. Tentu saja, walaupun kobaran cemburuku menyala, hatiku gembira melihat perkembangan yang mengaliri urat-urat darahku. Kini aku sangat ingin selekasnya menyaksikan bagaimana istriku ini digauli orang lain. Aku pengin melihat bagaimana dia menerima kenikmatan syahwat yang akan diberikan Ramon padanya. Aku pengin lihat bagaimana wajahnya yang terhanyut dalam ayunan gairah libido bukan dengan aku, suaminya. Dan aku pengin lihat, bagaimana istriku menikmati kemaluan Ramon yang gede itu. Ahh.., rasanya celana dalamku makan malam, beberapa kali aku meninggalkannya dengan alasan ke toilet atau apa. Aku ingin memberikan kesempatan menjalin keakraban di antara mereka. Nampaknya mereka tahu dan memahami tingkahku. Mereka gunakan se-efektif mungkin untuk saling lebih wib, saat yang pas untuk menyelesaikan acara makan malam ini. Pada Ramon aku berikan kunci kamar 534. Aku ceritakan mengenai "connecting door"-nya itu. Dia langsung beranjak menuju ke kamarnya. Aku jalan sama istriku ke kamar istriku ingin mendapatkan kepastian dariku. Di dalam lift, kebetulan nggak ada orang lain, dia melakukan cek & recek, bahwa aku benar-benar mendukung ide ini. Apa lagi dia tetap memberikan kesempatan padaku untuk mengawasi apapun yang nanti berlangsung. Untuk itulah perlunya ada 2 bilang akan kagok apabila aku langsung berada sekamar saat dia bersama Ramon tidur bersama. Tetapi dari kamar lain "silahkan buka sedikit", agar aku bisa mengawasinya selama Ramon berada sekamar dengannya. Walaupun dia sampaikan tidak beruntun, karena birahinya sudah mulai mengganggu konsentrasinya, dia sampaikan idea dan pemikiran logis yang telah dia pertimbangkan kami memasuki kamar, aku langsung membuka "connecting door"-nya, dan kami ber-tiga kembali berkumpul. Kami cairkan suasana lebih dahulu. Kami ngobrol dulu sesaat. Ahh.. Yang rupanya Ramon sangat profesional dan menguasai medannya, dia mulai memanaskan suasana. Tanpa canggung, dia mendekat dan duduk nempel istriku di pinggiran tempat raih tangan istriku dan mengelusinya, sambil cerita bab lain, misalnya masalah Pemilu tahun 2004 dan Siapa Presiden yang tepat untuk Indonesia ini? Sehingga kami semua jadi terpancing memberikan respon. Dan istriku mendapatkan jalannya untuk bersikap lebih wajar, tanpa perlu serta merta menarik tangannya, karena kagok atau malu padaku. Dan aku sendiri berlagak acuh, walaupun adikku di belakang celanaku ini mulai memberontak dan kalau istriku membiarkan tangannya membelai, Ramon bergerak maju lagi. Dia mempepetkan lagi duduknya, meraih pinggang dan menempelkan hidungnya ke pundak Surti. Dari rona wajahnya yang me-merah aku rasa Surti mulai menggelinjang. Ini adalah lelaki pertama yang bukan suaminya yang telah menyentuhinya. Apalagi Ramon ini sangat tampan. Belum lagi informasinya tentang ukuran alat vitalnya yang selama ini selalu terungkap penuh rindu dalam desahan-desahan terang aku hampir tak mampu menahan rasa cemburu yang luar biasa yang sebelumnya aku pikir akan mudah kuatasi. Tetapi saat melihat langsung di depanku bagaimana lelaki itu memeluki Surti dan sebaliknya istriku ini nampak memberikan respon aktif, hatiku panas serasa terpanggang di atas bara. Jantungku berdegup kencang. Bukannya aku menyalahkan mereka semata, tetapi lebih kepada sikap pecundangku. Lelaki macam apa aku ini?!Anehnya, di sisi lain aku menikmati rasa cemburu sebagai perangsang sensasi syahwatku. Penisku ngaceng menerima siksaan cemburu luar biasa yang menyala-nyala dan membakar rona wajah istriku semakin me-merah. Dia memandangku sejenak. Seakan memerlukan kepastian dariku. Aku acungkan jempolku yang gemetar menahan cemburuku sebagai kode dukunganku pada mereka. Kemudian dia mulai dengan tanpa canggung untuk menaruk pundaknya di dada Ampuunn.. Sepertinya mataku kena 'vertigo'. Topik omongan soal calon Presiden jadi semakin kabur dan kehilangan konteks. Dan aku sendiri sudah harus ancang-ancang untuk 'lengser' ke kamar saat tak ada lagi keraguan dan kecanggungan di antara keduanya, dan saat perkembangan di lapangan demikian maju yang ditandai dengan bibir ketemu bibir antara Ramon dengan istriku, aku langsung berdiri dengan bibir mungil Surti istriku menjemput bibir lelaki lain yang bukan suaminya itu. Bibir mungil Surti mengatup menggigit kecil bibir Ramon. Dan Ramon me-respon dengan penuh nafsu yang memang sejak jumpa pada awalnya tadi aku sudah perhatikan bahwa Ramon ini sangat terpesona akan kecantikan seksual istriku. Mereka semua akhirnya tanpa canggung melakukan itu di hadapanku. Aku berusaha cari pegangan untuk meneguhkan hati. Bukankah itu gagasanku sendiri, dan juga karena aku yang mendorongnya, mengatur dan membolehkannya. Dasar pecundang, uuhh.. Sakitnyaa..Nampak di mataku dinding-dinding kamar bergoyang. Aku berjingkat menuju ke kamar 534 sebagai seorang suami yang kalah dan membiarkan istrinya digauli lelaki lain. Selanjutnya keadaan menjadi ada suara-suara kecuali pukulan jantung pada dadaku. Yang kemudian kudengar ialah bunyi halus gesekan lembut dari gerakan Ramon dan istriku. Mungkin mereka rebah bergulir dan berguling ke kasur. Kupingku juga menangkap bunyi samar-samar kecupan bibir-bibir mereka. Aku berpegangan pada dinding..Sebagaimana yang direncanakan, aku berkesempatan menyaksikan Ramon menggauli Surti istriku melalui 'connecting door' ini. Dengan mematikan seluruh cahaya yang ada di kamarku, aku leluasa menyaksikan Ramon dan istriku tanpa mengganggu keasyikan mereka. Yang nampak hanyalah celah pintu yang Ramon turun sebentar, sepertinya atas permintaan istriku, untuk mematikan lampu besar, sehingga yang ada adalah cahaya remang-remang yang datangnya dari arah kamar mandi. Akibatnya suasana menjadi lebih romantis dan dramatis tanpa mengurangi kejelasan pandanganku pada mereka yang NikmatSebelum kembali berguling ke kasur, Surti maupun Ramon saling melepasi busana pasangannya hingga setengah bugil. Kulihat jari-jari lentik Surti berani dan tanpa ragu meraih ikat pinggang Ramon untuk melepasinya. Tangannya menarik resleiting celana dan me-melorotkannya hingga jatuh ke lantai. Aku sungguh heran, karena ulah itu tak pernah dia lakukan saat bercumbu itu Ramon juga melepasi kancing-kancing blus istriku kemudian rok bawahnya. Kini yang tinggal hanyalah pakaian dalam mereka. Istriku Surti nampak amat sensual. Aku jadi terheran, tubuhnya yang sangat indah dengan wajahnya yang merona karena mengandung gejolak syahwat membuat dia menjadi ratusan kali lebih cantik dari biasanya. Aku tak pernah melihat gairahnya yang macam itu selama CD dan BH Armani-nya yang putih membuat si cantik ini menjadi Diva. Sepertinya aku menyaksikan dewi Banowati yang sedang turun dari peraduannya untuk menyongsong satria impiannya Arjuna. Rasa-rasanya untuk semua ini, Surti benar-benar menyiapkan diri tanpa setahuku. Bukan kebetulan kalau hidungku sempat sepintas menangkap semerbak bau Channel yang mahal banget itu yang akan dengan cepat bisa merangsang nafsu seksual lelaki semua yang berlangsung di depan mataku itu cemburuku menggelegak menyertai dan membakar sanubariku. Darahku langsung panas dan naik meloncat ke-ubun-ubun. Mataku nanar menyaksikan sebuah sensasi perselingkuhan isteriku dengan lelaki lain yang justru aku sendiri yang merancang dan menyiapkannya. Jantungku memukul-mukul dadaku seakan hendak berontak meledak. Tetapi kesadaranku secepatnya berusaha melerai. Bukankah ini juga keinginanmu? Keinginan syahwatmu? Kenapa mesti cemburu? Nikmatilah! Saksikan hal-hal yang akan terjadi di depan matamu kini dan itu sang Arjuna Ramon tampil seperti lelaki yang anggun. Wajah Semit-nya masih tergurat dari hidung dan kumisnya yang lembut itu. Dadanya yang penuh bulu lembut rasanya nikmat untuk jadi sasaran jilatan dan gigitan Surti. Bulu-bulunya itu berkesinambungan turun hingga tepian CD Charles Jourdan-nya yang kemudian lanjut pada kedua tungkai kakinya. Dan pasti bulu-bulu itu melebat di selangkangan dan seputar kemaluannya. Nampak penisnya membuat guratan besar melintang di Charles Jourdannya dengan alur ke-arah kanan sepertinya bungkusan pisang tanduk dari langsung ngaceng banget seperti dongkrak membayangkan apa yang selanjutnya akan mereka saling memandang. Dari raut wajahnya nampak sekali mereka saling mengagumi dan terpesona. Kemudian dengan senyuman-senyuman yang penuh syahwat mereka saling berangkulan. Bermenit-menit mereka berpagut, saling memainkan bibir dan lidah dan sedot-menyedot sebelum akhirnya kembali berguling ke pelayan jasa Ramon menunjukan servicenya yang prima. Dengan kelembutan yang dahsyat, dia meneruskan pagutan bibirnya, Tangan kirinya memeluki tubuh Surti dan tangan kanannya mulai bergerilya mengelusi, meremas, mencubit kecil dan mencakar secara lunak bagian-bagian peka istriku yang berada di bahu, ketiak, buah dada berikut puting susunya. Istriku langsung terbang setengah tertutup membeliak ke atas menyisakan bagian putihnya. Desahan nafas, erangan dan rintihan halusnya mulai terdengar sangat erotis. Di tempatku, tetap dengan kobaran iri dan cemburu yang luar biasa aku blingsatan mengelusi tonjolan kemaluanku dalam celanaku. Aku juga mendesah pelan menahan gejolak darah syahwatku yang menyala-nyala dalam sakit dan cemburu tangan-tangan berbulu Ramon terus mengelusi perutnya, bahkan kemudian turun untuk mengelusi CD Armani, terdengar lenguh panjang,"Aahh.. Yaacchh..", dari bibir istriku. Rasanya Surti sudah mulai memasuki keadaan "trance".Sementara dengan ketat tangannya mempererat pelukannya pada tubuh pria anggun Ramon itu, pagutan panas bibirnya tak henti-hentinya ber-kecipak dalam lumatan-lumatan berkesinambungan. Dia ber-gelinjang dan menggeliat-geliat-kan pinggulnya menahan derita melepaskan ciumannya dan menggiring lidah serta bibirnya turun ke leher, kemudian ke dada. Dengan hidungnya yang mancung itu dia dorong tepian BH Armani istriku hingga buah dadanya yang bak bukit surgawi itu menyembul ranum membawa pesonanya. Bibirnya langsung mengisapi lingkaran pentil-pentilnya. Tentu saja tanpa tertahankan lagi Surti kontan mengaduh kecil dan menggeliat-geliatkan reaksi yang demikian dari Surti, Ramon semakin bernafsu dan meningkatkan serangannya. Jari-jari tangannya merambati celah CD Surti dan menyusup merabai bibir kemaluan istriku itu. Antara mengelus, memelintir dan menusuk-nusuk halus, jari-jari yang relatip cukup gede dan panjang itu benar-benar memberikan kenikmatan tak bertara kepada ikut gelagapan, sesak nafasku menyaksikan reaksi istriku..Serangan Ramon berlanjut dengan ciuman dan gigitan kecil di permukaan perut Surti. Secara spontan istriku ini meraih rambut Ramon dan meremasi dengan penuh gereget birahi. Desahannya makin panjang dan nyaring. Rasanya dia tak lagi mempertimbangkan aku sebagai suaminya yang juga berada di gelegak penuh iri dan cemburu ini justru rasa kenikmatanku hadir melihat apa yang aku saksikan kini. Kemaluanku sangat membengkak. Pasti "precum"ku sudah membanjir pula. Aku menikmati secara seksual "rasa takluk" pada lelaki macam Ramon ini. "Rasa takluk" itu merambati dan menelikung diriku untuk bertekuk lutut pada keperkasaannya yang bisa membuat istriku tunduk mengikuti gejolak nafsunya. Rasanya "rasa takluk" macam itu bisa membuat aku "rela" di rendahkan ataupun di kepalakupun aku "rela". Dan "rela"-ku itu merupakan bentuk nikmat nafsu birahi yang merambati aku saat ini. Ciuman Ramon turun lagi. Rambut kemaluan istriku yang sudah mulai tersentuhya dia jilati dan isap satu-satu. Remasan tangan istriku semakin keras dan menyakitkan kepala Ramon. Dia menyeringai tetapi tidak mengendorkan bibir Ramon mulai menggarap bibir vagina Surti. Kali ini tak terbendung lagi. Surti melonjak-lonjakkan pantatnya, melepaskan tangannya untuk berpindah menariki dan meremasi sprei hotel hingga tempat tidur itu menjadi awut-awutan. Teriakkan histeris erotiknya tak lagi terkendali. Suara gaduh memenuhi kamar bintang 4 yang kedap suara juga ikut gaduh dalam emosiku. Keringatku mulai mengucur kepanasan walaupun berada dalam ruang AC yang dingin. Aku ikut kelimpungan sambil terus melotot mengamati si Ramon terus meningkatkan jilatan dan jadi sadar.. Aku menyadari apa yang Ramon lakukan itu tak pernah aku berikan pada istriku. Aku bisa mengerti apabila reaksi dan akibatnya menjadi demikian erotis sensasional Betapa aku egois, kurang tanggap dan tak mau melakukan inovasi. Dan akhirnya pengalaman nikmat tinggi macam itu justru didapatkan dari orang oleh desah dan rintihan histeris berkesinambungan memenuhi kamar hotel itu. Keringatku semakin deras mengucur. Kini jilatan Ramon berubah menjadi tusukkan-tusukkan lidah yang berusaha menembusi rongga vagina Surti bak ikan moa yang mencari sarangnya. Secara reflek dan otomatis istriku meregangkan pahanya sehingga Ramon menjadi leluasa melumatkan bibir dan lidahnya untuk menembusi vaginanya. Bahkan tangan Ramon kini juga sedikit mengangkat tungkai kaki kanan Surti sampai bibirnya benar-benar mampu menyedoti seluruh bibir vaginanya. Tetapi sesaat kemudian.. Tiba-tiba Ramon menghentikan serangannya dan bangun naik ke bantal dan merangkulkan tangan kanannya ke bahu Surti untuk kemudian kembali melumati bibir isteriku. Sementara itu tangan kiri Surti jatuh ke pinggul Ramon dekat dengan kemaluan Ramon yang sejak tadi sudah lepas dari sedikit menggulirkan badannya tangan Surti sudah langsung menyentuh kemaluan Ramon yang gede dan panjang itu. Agak kaget Surti dia tidak membayangkan bahwa penis Ramon segede itu. Aku sendiri juga demikian. Hal itu tidak sesuai yang tertera di iklannya. Aku kira alat vital itu setidaknya berukuran 20 cm dengan bulatan yang 5 atau 6 cm. Aku deg-deg-an melihat adegan itu. Apa yang akan terjadi nanti. Sementara Ramon sendiri rupanya sudah juga sangat terhanyut. Sudahlah.. 'que sera-sera'.. Terjadilah apa yang akan terjadi..Ternyata Surti menjadi sangat bergairah. Dengan tetap melayani pagutan bibir Ramon pada bibirnya dia raih kemaluan Ramon itu. Jari-jari lentiknya suatu pemandangan yang sangat erotis dan penuh sensasi. Kelembutan jari-jari putri ningrat itu mengelusi batang kemaluan kasar penuh otot milik si napak demikian merasakan bagaimana batang itu dalam genggamannya. Dia rasakan gede panjangnya. Dia rasakan kerasnya. Dia rasa-rasakan pastikan Surti sedang berusaha melupakan bayangan pada suaminya, aku, yang tak mungkin memberikan pesona erotik yang saat ini sedang dalam aku relaa.. Koq, begitu tangis hatiku yang juga sensasi birahi yang melanda aku. Ya.. Suatu paradoks sedang melanda diri dan Surti terus mengurut-urut penis itu dengan gemas sementara bibir dan lidahnya terus merespon aktif lumatan bibir ini Ramon menunjukkan kehendaknya. Ditariknya tubuh Surti hingga menindih tubuhnya. Dia sorong kebawah kepala dan bibir Surti agar menciumi lehernya, agar juga merambati dadanya. Dia remasi rambut Surti untuk membangkitan gairahnya. Dia ganti yang mengerang untuk memacu libido istriku. Ramon ingin istriku melakukan sebagaimana dia telah lakukan padanya pula. Dia ingin Surti menciumi seluruh tubuhnya. Dan Surti, istriku ini.., dia melakukan hal yang tak pernah dia lakukan seakan berubah jadi cheetah Afrika yang lapar. Mungkin dia benar-benar telah mabuk tenggelam dalam birahinya, dengan ganasnya dia gigit dan lumati dada Ramon hingga kuyup dengan air ludahnya. Bulu-bulu halus di dada itu membuat Surti bak ular kobra yang meliuk-liuk melata di bukit savanna yang penuh rerumputan itu. Ohh.. Surtii.., istrikuu.. Oouuhh.. Ternyata kk.. Kamu.. Bb.. Bisaa.. Y.. Yyaa..Orgasme pertama..Ciumannya merangsek liar ke perut. Puser Ramon dijilati dan di kecupinya. Rambatan bibirnya terus menelusur ke bawah hingga daerah kemaluannya. Nampak penis Ramon mencuat tegak kaku mengganjal hingga ke bahunya. Tangan Surti menyibak rambut-rambutnya itu kemudian menenggelamkan wajah cantiknya ke belantara jembut di selangkangan Ramon. Terdengar kecipak bibir lembutnya pada setiap melepaskan Ramon, "Ampun Jeng.., ampuunn.." membuat Surti tak menghitung nilainya lagi sebagai perempuan darah biru. Kepalanya terkadang bergeleng-geleng cepat saat menyedot-nyedot selangkangan kanan maupun kiri milik Ramon tangan kirinya yang terus menahan kemaluan menuju ke arah perut itu, bibir dan lidah istriku ini merambat ke bola-bola pelir Ramon. Dikulumnya, dijilati dan diisep-isepnya dengan penuh syahwatku terseret kesetanan. Kuperosotkan sendiri celanaku. Kubetot penisku dari CD. Tanganku mengocokinya dengan bergegas-gegas. Aku ditimpa ledakan nafsuku sendiri. Dalam bara iri dan cemburuku apa yang dilakukan istriku pada Ramon dan apa yang Ramon terima dari lahapan istriku pada penisnya membuat aku Sangat paradoks.. Iri dan cemburuku berbarengan dengan dorongan syahwatku untuk mengeluarkan desahan juga,"Terus Surtii.. Teruss.., Masmu ini, suamimu, pengin menyaksikan kamu melahapi seluruh tubuh Ramon, Surtii.., teruus..".Ternyata Surti memberi lebih banyak. Dia angkat tungkai kaki Ramon hingga posisi pahanya menempel ke dadanya. Dengan demikian arah anal Ramon menjadi terbuka. Kini dengan hidung, bibir dan lidah Surti berusaha "nyungsep" ke lubang anal jilati bukit kecil dibawah pangkal kemaluan Ramon dan.. Berusaha untuk terus ke bawah lagi. Ramon dibuat "kelimpungan". Kegatalan syahwatnya melanda dengan hebat. Dia mengangkat lebih tinggi pantatnya hingga Surti benar-benar bisa menjilat dan menyedoti sungguh pemandangan yang sama sekali tak terbayangkan olehku sebelumnya. Lihatlah, Surti si perempuan jelita itu benar-benar menampilkan ke-jalangannya. Dengan berbungkuk-bungkuk dia terus menggerakkan kepalanya mengikuti rambatan lidah dan bibirnya merengkuh kerutan-kerutan anus suara erang Ramon berpadu dengan nafas memburu Surti. Dan.. Oh, rupanya Surti diburu oleh birahinya. Dia merubah posisi. Dia tarik kembali dan rebahkan kaki Ramon untuk ditindihnya. Dengan mulutnya yang kini menyerang kemaluan Ramon dengan mengkulum dan mengisapinya, vaginanya digosok-gosokkannya ke dengkul menyaksikan betapa istriku ini sepertinya ahli bagaimana membawa pria terbang ke awang-awang. Aku heran darimana dia belajar. Mungkinkah dari BF atau VCD yang sering kami tonton bersama?! Dan yang lebih heran lagi keahliannya itu tak pernah dia berikan untukku yang suaminya. Ah, Surtikuu..Secara khusus aku menyaksikan bagaimana perlakuan bibir dan lidah Surti pada kemaluan merambati pangkal hingga batangnya, kemudian saat mencapai kepalanya tangannya menggerakkan agar posisi kepala itu dalam jangkauan jilatan sebelum akhirnya seluruh bibirnya mencaplok kepala yang memenuhi mulutnya itu. Dia lakukan hal itu ber-ulang-ulang sehingga Ramon jadi itu dia konsentrasikan mulutnya untuk memompa dan sekaligus tubuhnya terus bergoyang menggeliat menekan dan menggosok-gosokkan vaginanya pada tonjolan lutut Ramon dengan frekwensi yang cepat kecepatannya semakin bertambah Surti mengeluarkan erangan erotis yang menandai hadirnya kenikmatan yang melanda seluruh saraf-sarafnya. Rasanya Surti sedang sekarat menjemput orgasmenya. Dan benar. Dengan raungan bak cheetah yang lapar tadi, Surti meraih orgasmenya. Si jelita itu menggeram. Tangannya yang cantik dengan jari-jarinya yang lentik meraih seprei dan apa saja yang bisa diraihnya, menarik-narik acak-acakan seakan hendak itu berlangsung sekitar 30 detik sebelum akhirnya dia rebah. Rubuh. Sepi. Kecuali tarikan nafas-nafas yang panjang dari kedua insan itu. Surti bisa mendapatkan orgasmenya sebelum kemaluan Ramon menembusi vaginanya. Orgasme itu dia raih berkat obsesi dan timbunan syahwat yang selama ini tak perasaan yang semakin iri, cemburu dan penasaran, merasakan ketidak mampuanku, aku sendiri langsung duduk terjengkang ke lantai. Penisku mengangguk-angguk. Tanpa kuharapkan sebelumnya, spermaku yang tak mampu kutahan juga mendapatkan orgasmeku. Beberapa saat mereka diam. Aku juga ikut setengah merem kemudian melek melihat langit-langit. Menerawang jauh akan apa yang baru terjadi. Dia merasakan betapa birahi yang melandanya membuat dia lupa segalanya. Sepintas dia menengok ke pintu kamarku. Ke arahku. Yang nampak pasti hanyalah celah yang gelap. Aku sendiri juga dalam posisi berdua menggunakan jeda ini untuk istirahat sejenak. Surti turun, tetap telanjang, menuju ke lemari es yang tersedia. Dia buka dan ambil minuman dingin kalengan. Diambilnya 1 lagi untuk Ramon. Mereka istirahat di tepian tempat tidur. Masih sempat istriku mencium bibir Ramon sambil saling melepaskan senyuman. Aku jadi ikut haus. Aku juga perlu minum. Kuikuti langkah Surti. Kuambil minuman kalengan dari lemari es di 2..Tidak sulit bagi Ramon untuk kembali memulai pertarungan baru. Dia professional dan sangat kreatif disamping inovatif. Sesudah sejenak istirahat, sementara istriku masih duduk ditepian tempat tidur, dia yang belum menikmati datangnya orgasme secara aktif memulai dengan turun dan merebahkan diri tepat di bawah kaki Surti di karpet kamar yang bersih renggut kaki yang ranum dan bersih itu. Dia jilati telapak kakinya, kecupi dan kulum jari-jarinya yang lentik dengan kuku-kukunya yang dicat sepertinya kena sengatan listrik ribuan watt, istriku menjerit histeris dan berguling ke kasur. Kemudian Ramon dengan buasnya menggigiti tumitnya yang mungil bak telur puyuh liar menjalar menuju betis-betisnya di tungkai kanan dan kiri. Kembali Surti berguling-guling menahan erotismenya. Nafas istriku terdengar ngos-ngosan menahan derita nikmat cepat diraihnya kepala Ramon agar melepaskan kakinya. Tetapi itu tidak sungguh-sungguh. Dia bukannya menarik, tetapi lebih tepat justru menahan dengan cara meremasi kepala itu. Istriku ini nggak akan melewatkan setiap sensasi erotik yang sedang dia betisnya, Ramon menggulingkan tubuh Surti hingga posisinya setengah tengkurap. Dia kejar lipatan lutut bagian belakangnya dengan jilatan dan gigitan kembali. Kembali aliran listrik menjalari tubuh Surti. Dia mengerang dengan setengah menangis karena lagi aku ingat diriku yang egois ini. Apa yang dilakukan Ramon tak pernah sedikitpun terpikir olehku. Aku jelas telah kehilangan momentum yang sangat penting bagiku di depan istriku ini. Dasar pecundang..Ciuman Ramon kembali menjalar merambati pahanya. Serasa berjuta semut-semut menyerang Surti saat bulu-bulu kumis dan rambut-rambut tajam di pipi Ramon merambah pahanya yang sangat halus Ramon melaju menuju arah belakang pangkal pahanya. Surti berusaha bangun kemudian terjerembab, lagi-lagi bangun dan kembali terjerembab. Rupanya itu disebabkan tak mampunya menahan gelora syahwatnya yang terdongkrak akibat ulah Ramon ini. Perasaannya bagai dipermainkan gelombang samudra. Kini Ramonlah yang membangunkan tidak. Bukan membangunkan tetapi menarik pinggul Surti hingga berposisi menungging. Hal ini adalah sebagai kelanjutan ciuman dari arah belakang pangkal pahanya yang merambat ke gundukkan pantat Surti. Dengan posisi ini Ramon menjadi leluasa untuk meneruskan ciuman dan jilatannya lebih ke atas menuju anus bertumpu siku tangannya pada kasur serta menaruh kepalanya pada bantal Surti menungging dengan ganas menjilati bokong dan dubur Surti. Hal ini mungkin untuk mengimbangi istriku yang sebelumnya juga menjilati pantatnya. Aku lihat bagaimana Surti menerima ini dengan amat tersanjung. Dia melenguh seperti anak lembu. Tangannya menggapai-gapai ke belakang berusaha meraih kepala Ramon. Dan saat didapatnya, ditariknya kepala itu agar tenggelam lebih dalam ke pantatnya. Duhh.. Pasangan yang saling mengerti iramanya gejolak situasi berikutnya ini membuat Surti lebih tenang. Dia nampak sangat menikmati apa yang Ramon berikan. Dan Ramon terus bergerak..Direbahkannya kembali tubuh Surti dan ditelentangkannya. Diangkatnya lutut istriku agar melipat dengan telapaknya duduk di kasur. Ramon menggeser tubuhnya untuk merangkul paha itu dan mulai dengan Surti menjadi lebih terkendali lagi saat bibir Ramon menangkap bibir vaginanya. Kini dengan halus dan penuh belaian Ramon menjilati vagina Surti. Yang kudengar adalah rintihan yang sayup-sayup keluar dari mulut isteriku. Surti menikmati belaian lidah Ramon di vaginanya. Terkadang berteriak kecil. Mungkin lidah itu menyentuh G berikutnya adalah Surti yang menarik tubuh Ramon untuk menindih tubuhnya. Kembali kedua bibir mereka berpagutan. Tangan Ramon memainkan jari-jarinya pada klitoris istriku sesaat untuk kemudian merogohi lubang Surti naik turun untuk menjemput jari-jari Ramon agar menusuki lebih dalam mengeluarkan jeritan kecil dan desahan,"Acchh.. Nggak tahaann.. Ayoo Mass, aku tak tahan lagii.." sambil pantatnya terus menerus naik bahwa sudah saatnya senjata utamanya dilepaskan Ramon bergerak mendaki tubuh Surti dan Surti secara refleks merentangkan paha kiri dan mengangkat paha kan ke saatnya kusaksikan detik-detik kerinduan istriku Surti akan penis gede yang menembusi vaginanya akan Ramon meraih kemaluannya yang gede panjang itu dan mengarahkan tepat pada lubang vagina Surti yang telah siap kepala penisnya pada celah vagina itu untuk mendapatkan cairan pelumas dari vagina istriku. Dan kemudian.. Mulai nampak ada dorongan.. Dan dorongan.. Dan sekali lagi dorongan.. Dan bleezz.. Blezz..Istriku yang menyeringai tidak sama sekali kehilangan ke-ayu-annya. Dia sama sekali tidak menunjukkan semacam rasa was-was. Justru dia nampak sangat menantikan saat-saat ini. Penis sebesar itu mungkin akan menyobek vaginanya. Sesaat dia nampak kesakitan. Yaa.. Dia kesakitan..Aku juga agak panik menyaksikannya..Surti menjerit.. Mengaduuhh.. Minta ampuunn.. Amppuunn..Tetapi dorongan Ramon tak pernah terhentikan hingga akhirnya batang gede dan keras sepanjang 20 cm itu masuk amblas kelubang vagina istriku. Bukan sempat menyaksikan bagaimana bibir vagina Surti melesak terbawa masuk saat penis Ramon menembus tangannya Ramon merangkul paha dan bibirnya menciumi kaki istriku dan mulai berayun keluar dan masuk menembusi vagina, "Ohh.. Yaacchh.. Yeezz..".Vagina Surti mencengkeram dengan kuat setiap tusukkan dan tarikan penis Ramon, akibatnya bibir itu nampak terbawa keluar dan masuk mengikuti iramanya tarikan dan banyak Ramon memompa, semakin naik gelinjang syahwat Surti. Kini nampak kepala Surti menggeleng ke kanan dan ke kiri menahan sangat tahu, selama 15 tahun ini aku nggak pernah mampu memberikan kenikmatan sebesar sendiri merasakan hal yang sangat dahsyat. Dinding kemaluannya menjadi demikian mengetat. Rasanya saraf-saraf erotiknya menciptakan jaring yang saling kompak untuk menjepit batangan penis Ramon. Dan hasilnya bagi Ramon maupun Surti adalah rasa sangat mengayun atau memompa Ramon memiliki "sense"yang hebat. Terkadang pelan dan pelan sekali, kemudian cepat dan cepat yang silih berganti ini memberikan sensasi erotik untuk syahwat Surti. Dan akibatnya ada semacam rasa haus yang melandanya. Inilah yang disebut sebagai kehausan kehausan erotik itu membuat Surti limbung dan memerlukan media untuk penyaluran. Misalnya meremasi kain sprei, atau mencakari lawan seksualnya, atau menggigit bantal. Ramon tahu apa yang saat ini menyerang Surti. Dengan cepat diulurkan jari-jari tangannya ke mulut Surti. Dan benar. Dengan cepat mulut Surti mengulum dan mengemuti jari-jari dan jempol Ramon. Macam anak orok yang menangis dan diam saat diberi dot, Surti menjadi lebih tenang walaupun terus merintih dan kemudian Ramon mencabut penisnya dari kemaluan istriku, kemudian menurunkan kaki dari pundaknya. Dia merubah posisi. Ditariknya tubuh Surti ketepian kasur kemudian kembali mengangkat tungkai kaki Surti, kali ini ke-dua-duanya, kembali ke bahunya. Dengan posisi ini penis Ramon kembali menembusi vagina istriku secara lebih melesak ke dalam lagi. Dan saat pertama kemaluan itu masuk, istriku sempat menjerit. Mungkin sekali disebabkan kemaluan panjang itu langsung menyentuh yang kulihat Ramon kembali mengayun-ayun dan memompa secara ritmis. Surti mengimbangi pompaan Ramon dengan goyangan dan geliat keduanya nampak serasi dalam kerjasama mengayuh samudra nikmat yang bertara itu. Tiba-tiba Surti bergerak agresip. Dia bangkit dari kasur. Ditariknya lengan Ramon agar dia ganti yang naik menindih tubuh Ramon. Dengan duduk mengangkangi, dia raih kemaluan Ramon dan diarahkannya memasuki vaginanya. Dan.. Blezz, batang 20 cm itu langsung tenggelam dalam jepitan ketat vagina Surtilah yang bergerak seperti memompa. Gerakan Surti persis seperti orang mencuci di penggilesan. Bedanya adalah, kalau tukang cuci mendorong tangannya yang maju mundur untuk menggilas pakaian yang dicucinya, tetapi Surti mendorong dan kemudian menarik pantatnya untuk menarik dorong vaginanya menggilas kemaluan cara itu kemaluan Ramon langsung menyodoki G-spot Surti. Perubahan posisi ini rupanya merupakan obsesi Surti dalam upaya menikmati secara maksimal penis Ramon. Aku yang menyaksikannya dari arah belakang melihat bagaimana bibir vagina Surti nampak ketat sesak keluar masuk mengikuti keluar masuknya penis segede tambahan inisiatip Ramon yang menggoyang naik turunkan pantatnya, sempurnalah harapan Surti dalam mengarungi samudra nikmat itu. Nampak keduanya saling berpacu mengejar puncak-puncak kembali kulihat Surti berada diambang orgasmenya. Dia ayunkan kepalanya ke depan dan ke belakang atau ke kanan dan kekiri sehingga rambutnya yang panjang itu terlempar sana sini seperti rambut penyanyi rock yang sedang nampak mengalir dalam dinginnya AC kamar. Surti benar-benar mengerahkan seluruh tenaganya untuk menggapai kepuasannya. Bermenit-menit telah lewat, gerakan mereka tidak nampak mengendor. Aku yakin Surti mendapatkan multi orgasme. Mungkin orgasme beruntun yang sangat panjang. Dan dia belum akan kembali Ramon yang ganti mengambil peranan. Dipeluknya Surti. Dipagut tengkuknya. Ramon menggeser tubuhnya ke arah punggungnya. Dia dorong Surti hingga merangkak. Ramon asongkan penisnya menembusi kemaluan Surti dari arah belakang. Anjing kawin, itulah gaya yang mereka lakoni Ramon kembali mulai memompa dari arah belakang. Surti kembali melempar-lemparkan rambutnya yang panjang itu. Duhh.. Betapa cantiknyaa.. Banowati ini..Dalam telanjang dan mengkilat karena keringatnya, Surti menggeliat dan memaling-malingkan mukanya atau mengantuk-antukkan kepala dan melemparkan rambutnya ke depan dan kebelakang. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat mendebarkan dan amat erotis. Hingga akhirnya Ramonlah yang mempercepat pompaannya dan berteriak ke Surti, "Acchh.. Surtii.. Akuu mauu keluarr..".Dan yang kemudian aku saksikan adalah benar-benar sama sekali di luar perkiraanku. Dan itu sangat memukul harga Ramon itu disertai dengan menjambak rambut istriku dan kemudian seakan memaksa rebah telentang ke kasur. Dan dengan sigap Ramon bergerak mengangkangi Surti dengan dengan tetap menjambak rambutnya, menekan kepalanya ke kasur dan mengasongkan penisnya yang nampak berurat-urat itu ke mulut aku pikir Surti pasti akan menghindar dan menolaknya. Aku tahu persis dia sangat geli atau jijik untuk cara macam itu. Tetapi apa yang terjadi. Dia sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda saat ujung penis Ramon menyentuh bibirnya langsung terbuka. Lidahnya menjulur-julur siap menerima apa yang akan tumpah ke mulutnya. Matanya nanar mengamati seluruh sosok Ramon. Mata yang haus dalam dengan suara seperti teriakan kemenangan gorilla jantan, Ramon memuntahkan spermanya ke mulut Surti istriku ini. Nampak sesaat istriku gelagapan dan cairan-cairan sperma meleleh keluar dari mulut mungilnya batang penis itu mengangguk-angguk setiap kali air mani itu menyemprot. Dan istriku ternyata dengan lahapnya menerimanya. Sungguh aku tak berpikir bahwa Surti akan minum sperma orang lain. Dia tak pernah menunjukkan gejala suka pada hal tersebut. Bahkan ketika nonton BF ataupun VCD dia selalu mau muntah kalau menyaksikan adegan macam itu. Tetapi kali ini, apa yang membuat dia menjadi demikian aku yang baru tahu..?!Dan ketika penis itu memuncratkan berliter-liter sperma, Surti melahapnya dengan rakus. Bahkan yang tercecer di dagu, pipi, susu dan tangannyapun masih dia colek dan jilati. Benar-benarr.. Deh si Surtikuu..Ramon langsung telentang kecapaian. Mereka telah bekerja keras untuk kepuasan yang mereka dapatkan. Surti bangun dan kembali mengambil minuman dingin yang disertai makanan kecil, nampaknya sebungkus coklat. Yaa.., itu akan cepat menyegarkan dan memulihkan tenaga mereka. Dia ambil juga untuk itu Surti melihat ke arahku dan kemudian melangkah. Aku buru-buru loncat ke ranjang berpura-pura tidur. Dia melongok ke ranjangku sesaat untuk kemudian balik keranjangnya. Aku yakin dia tidak percaya kalau aku tahu aku dan membiarkan aku bebas memilih apa mauku. Dia tak mau menggangguku yang bisa-bisa mengganggu kenikmatan-kenikmatan yang akan dia raih saat kemudian kudengar kembali kecupan-kecupan lembut. Ah.., mereka telah meraih staminanya kembali. Babak-babak lanjutan akan kembali berlangsung. Sesudah aku juga ikut minum dan makan coklat aku kembali ke "connecting door" untuk menyaksikan babak-babak lanjutan itu mereka bergelut hingga menjelang pagi. Entah berapa kali mereka melakukan persetubuhan. Kulihat Surti berbelas kali meraih orgasmenya. Dia menemukan pengalaman yang orang sebut "orgasme beruntun" atau multi benar-benar bak kuda liar atau cheetah yang lapar. Dan yang lebih aku herankan adalah Ramon yang tetap saja tegak dan tegar melayani istriku di ranjang penuh nafsu itu. Bagaimana kemaluannya tetap saja tegak dan berkilat-kilat untuk terus memberikan kesempatan pada istriku meraih sendiri sudah roboh kehabisan spermaku. Aku melakukan berkali-kali onani sambil menyaksikan persetubuhan istriku dengan lelaki itu. Batang dan ujung kemaluanku kini berasa sangat pedih dan panas. Aku nggak tahan lagi menyaksikan mereka hingga usai. Aku rebah ke ranjang walaupun tidak tidur. Segala iri dan cemburuku pupus menerima kenyataan yang terus belum bangun saat Ramon muncul di kamarku dalam keadaan sudah berpakaian rapi. Dia minta maaf untuk pergi lebih awal. Dia bilang istriku pasti sangat lelah dan membiarkannya tetap tidur. Aku memahami. Kusodorkan amplop imbalan jasa bilang, "Kamu hebat. Apa resepnya?", yang hanya dijawab dengan senyuman sambil menerima di ambang pintu dia berbalik dan berbisik padaku. Nafsu syahwat istriku sangat besar. Jangan heran atau kaget kalau istriku akan minta lagi kenikmatan-kenikmatan yang dia dapatkan seperti semalaman ini. Mungkin akan berlangsung hingga beberapa bulan gayanya macam konsultan psikolog saja. Dia juga pesan sebaiknya jangan lagi panggil dia untuk menghindari tumbuhnya kontak batin yang bisa berkembang menjadi saling terikat. Dia juga tawarkan padaku, kalau diperlukan dia bisa memberikan beberapa alamat pria yang memberikan jasa macam dia."Jangan khawatir. Mereka adalah orang-orang yang sehat, santun dan rata-rata cukup terpelajar", katanya sepertinya mempromosikan baru bangun jam 8 pagi. Dia bilang lapar dan minta aku untuk pesan makanan ke room service. Kami tidak banyak bicara pagi itu. Aku sendiri berlagak "everything is OK".Sesudah mandi dan makan kami keluar dari hotel. Surti langsung jalan ke Jakarta terus bergulir dalam keriuhan paginya. Kemacetan jalan-jalan nampak menelan seluruh jalanan metropolitan berlangsung sebagaimana hari-hari yang lain. Segala luka dan duka seakan terhapus dalam keriuhan kantor aku langsung tenggelam dalam tugas rutinku. Saat jam makan siang istriku menelpon, "Sudah makan, Mas? Makan apa? Enak?", demikianlah se-akan tak ada yang istimewa telah memang. Bagi Metropoiltan Jakarta, tak banyak yang istimewa terjadi. Kini yang sering datang dalam benakku adalah bisikkan Ramon saat di ambang pintu hotel itu, yang agar tidak heran atau kaget kalau istriku akan minta lagi kenikmatan-kenikmatan yang dia dapatkan seperti semalaman halnya aku sendiri mungkin mengalami semacam "methamorphose". Rasanya kini aku berubah untuk lebih bisa menerima kenyataan. Atau lebih tepatnya, "lebih bisa menikmati kenyataan".Baca Juga Cerita Dewasa Obat Awet Muda Tante ErniBahkan, diam-diam akulah yang ketagihan. Kapan lagi bisa menyaksikan Surti isteriku digauli orang lain dengan penuh nikmat syahwat? Kapan lagi aku bisa mendengar rintihan atau desahannya saat menanggung derita birahi?Kapan lagi aku bisa menyaksikan bibir mungil dan lidah cantik isteriku menjilat dan menciumi penis gede lelaki lain? Dan bahkan kemudian minum sperma yang muntah di mulutnya? Kapan lagi aku bisa menyaksikan bagaimana kemaluan si jelita yang sempit itu ditindas dan libas oleh penis segede Ramon punya itu? Ah.. Kapan lagi..?? SedarahPergi Berlibur Bersama Keluargaku Cerita Dewasa - Kodil terbangun, duduk dan terkejut dia menyadari berada di ruangan yang agak lapang, pintu warna putih namun tiada jendela. Di tengah ruangan terdapat ranjang, kasur dan bantalnya berwarna putih. Di salah satu dinding ada toilet duduk, bersebelahan dengan wastafel dan tempat mandi. Haruskah kita sedih atau gembira melihat keadaan ini …? teman benar-benar saatnya kini kita sadar kita dan meninggalkan semua keburukan menuju kebaikan, dan saling ajak mengajak ke kebaikan, mendirikan sholat terutama dengan berjamaah, barangsiapa yang mengawali ke kebaikan maka ia akan medapat pahala orang yang mengamalkannya dan barangsiapa yang megajak ke keburukan dia juga akan mendapat dosa orang yang mengamalkannya mari teman kita bertobat tinggalkan segala keburukan Para moderator, admin, tolong fikirkan kembali kegiatan kita ini Kita tanya hati nurani tegakah kita bawa orang lain ke keburukan …?

CeritaDewasa / Cerita Sex / Cerita ABG / Cerita Dewasa Hot / Cerita Dewasa SMA / Kumpulan Cerita Dewasa . Normalnya dia bakal melihat rona mukanya sendiri berubah merah karena perasaannya yang campur aduk, tapi kali ini agak susah bagi dia. Rumah itu baru terisi mereka berdua, Bram dan Sovi, yang menikah tahun lalu. Hingga malam itu

Saya ingin menceritakan kehidupan di masa lalu saya ketika baru tumbuh menjadi anak laki-laki. Saya hanya mampu mengingat kehidupan saya secara lebih lengkap sejak saya berumur 15 usia itu saya baru kelas 2 SMP di sebuah desa yang berada di pelosok, jauh dari keramaian dan kehidupan modern. Rumah saya hanya terbuat dari dinding anyaman bambu, lantai tanah dan letaknya terpencil di luar keluarga miskin, mungkin jika menurut ukuran pemerintah adalah keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan. Aku tinggal bersama emakku yang aku panggil simbok dan nenekku yang aku panggil mbah. Kami memang hanya bertiga. Mbok cerai dari Bapak sejak aku lulus SD. Aku tidak tahu apa penyebabnya, tetapi yang kurasa, Bapak pergi meninggalkan rumah dan sampai sekarang tidak tahu ingat Mbah kakung kakek meninggal waktu aku masih SD. Jadi hanya aku lah laki-laki dirumah itu, yang harus mengerjakan semua pekerjaan laki-laki. Sementara mbok mencari nafkah dengan memburuh tani bersama mbah. Keduanya masih umurku 15 tahun mbok masih umur 39 tahun dan mbah 55 tahun. Umur segitu kalau di kota besar masih tergolong belum tua, tapi di kampung sudah termasuk uzur. Namun kedua mereka dikaruniai badan yang langsing dan menurut istilah Jawa, singset. Mbokku mewarisi ibunya berbadan langsing. Meski kedua mereka sudah memasuki usia tua menurut ukuran kampung, tetapi tubuh bereka tidak bergelambir lemak, alias mereka biasa-biasa saja tidak terlalu cantik, tetapi juga tidak jelek. Biasa saja lah orang kampung, Cuma wajahnya bersih dari noda bekas jerawat. Sepengetahuanku mereka tidak terlalu repot menjaga tubuh dan wajah, karena makan hanya seadanya dan mandi juga biasa tidak pernah dilulur dan sebagainyaBaik mak maupun mbah, tumit kakinya kecil dan betisnya langsing. Ini menjadi perhatianku setelah aku dewasa dan mengenal ciri-ciri wanita yang pandai memuaskan melenceng sedikit. Kebiasaan di desa kami adalah setiap rumah mempunyai kamar mandi yang disebut sumur berada di luar rumah dan umumnya agak jauh di belakang rumah. Tidak jauh dari sumur terdapat tempat buang hajat besar. Sumur dan wc nayris tidak berdinding penghalang. Yang ada hanya bangunan lubang sumur yang bibirnya ditinggikan sekitar 1 meter, lalu tonggak-tonggak kayu untuk menggantung baju dan sekitar sumur dan wc ditumbuhi oleh tanaman rumpun sereh dan tanaman semak yang rimbun sehingga agak terlindung. Aku sebagai laki-laki selalu bertugas menimba dan mengisi air ke ember-ember untuk mandi, cuci piring dan cuci baju. Ritual mandi biasanya dilakukan pada pagi hari ketika mata hari mulai agak terang sekitar pukul 5 sejak kecil aku terbiasa mandi bersama orang tuaku. Tidak ada rasa malu, sehingga kalau kami mandi tidak memakai basahan, atau sarung. Kami mandi telanjang bulat. Mungkin bedanya kalau orang kota mandinya berdiri di bawah shower atau bergayung ria atau tiduran di bath tub. Kalau kami orang desa mandi biasanya jongkok.
T1G49JR.
  • 865yhyg86w.pages.dev/755
  • 865yhyg86w.pages.dev/569
  • 865yhyg86w.pages.dev/603
  • 865yhyg86w.pages.dev/416
  • 865yhyg86w.pages.dev/164
  • 865yhyg86w.pages.dev/985
  • 865yhyg86w.pages.dev/870
  • 865yhyg86w.pages.dev/189
  • 865yhyg86w.pages.dev/198
  • 865yhyg86w.pages.dev/567
  • 865yhyg86w.pages.dev/856
  • 865yhyg86w.pages.dev/162
  • 865yhyg86w.pages.dev/59
  • 865yhyg86w.pages.dev/755
  • 865yhyg86w.pages.dev/533
  • cerita dewasa rona kehidupan